walaupun dalam situs Ambon Bergerak disertakan link blog ini dengan keterangan "Hardpapeda about music Ambon", kali in saya tidak akan memulis tentang Ambon tetapi tentang Indonesia dan negara tetangga kita, Malaysia. Meski saya orang indonesia tetapi saya akan berusah menulis masalah ini seobjektif mungkin(semoga).
Niat menulis topik ini muncul setelah saya menonton video klip Bunk Anthem dari Bunkface, band pop punk Malaysia yang sedang naik daun saat ini dan masuk lineup konser MTV World Stage di Malaysia. Ternyata di bagian comment sudah berjejer ratusan komentar atau lebih tepatnya makian dan hujatan dari user yang "mewakili" kedua negara, Indonesia dan Malaysia. Saya mencoba membuka link yang berisi video Bunkface yang lain seperti Situasi dan Prom Queen dan di sana saya menemukan hal yang sama, saling menghina antara Indonesia dan Malaysia. Komentar-komentar awal di setiap video berisi hal baik yang relevan dengan video itu sendiri seperti " haha.nice vid" atau "keep it up Bunkface!". Belakangan mulai mucul para pengguna yang mulai memposting komentar yang merendahkan. dan sesudah itu, mudah ditebak, perang pun terjadi.
Entah kenapa Indonesia dan Malaysia jarang akur di dunia maya. Mungkin karena kita satu rumpun sehingga nuansa persaingan sangat terasa atau mungkin juga karena sengketa dan masalah-masalah seni dan kebudayaan seperti batik, tari Reog dan lagu Saykoji yang dijiplak rapper Malaysia.
bicara soal musik rock, belakangan ini Indonesia dan Malaysia juga terlibat persaingan. Setelah munculnya Hujan dan Bunkface, Malaysia kembali meramaikan pentas. Tidak dengan musik mendayu pengundang air mata tapi dengan rock yang enerjik. Dengan konsep seperti inilah band seperti Bunkface dan Hujan bisa memperoleh kesuksesan di Malaysia sana. Perseteruan pun terjadi meski hanya di dunia maya dan dilakukan oleh para pendukung musik dari masing-masing negara (karena pada kenyataannya, para musisi yang didukung ternyata akur-akur saja. Bunkface diundang ke Rolling Stone Indonesia di Cilandak sedangakan Hujan main di Hard Rock Cafe Jakarta).
Saya berusaha membaca seluruh komentar tentang video-video yang saya sebutkan di atas, dan ternyata komentar-komentarnya sangat tajam tetapi menyenangkan untuk dibaca. Jauh lebih menyenangkan dibanding nonton gosip atau acara musik dengan penonton yang didominasi cowok-cowok gemulai yang goyangannya bisa menjatuhkan harkat dan martabat bangsa(mudah-mudahan goyangan cowok-cowok ini tidak sampai ke Malaysia). Apa yang saya tangkap dari komentar-komentar tersebut adalah para pecinta musik malaysia Merasa sangat senang dengan kehadiran band seperti Bunkface dan Hujan yang menurut mereka menaikkan standar musik Malaysia serta membawa pembaruan di dunia musik mereka (bandingkan dengan band-band negeri ini yang "rela" tampil seragam di televisi dengan aliran yang mereka sebut melayu). Diantara kegembiraan itulah terselip kata-kata penghinaan untuk Indonesia. ada beberapa user asal indonesia yang balik menyerang, tetapi ada juga yang tidak ambil pusing dengan alasan musik Indonesia jauh lebih maju dibanding Malaysia.
saya suka musik rock dan saya mengakui bahwa Bunkface dan Hujan adalah band yang keren. mereka berhasil masuk ke telinga orang indonesia dan itu membuktikan kehebatan mereka. Tetapi Bunkface dan Hujan tidak bisa setenar Siti Nurhalizah di Indonesia. Menurut saya penyebabnya ada dua. Yang pertama adalah jalur kesuksesan di indonesia telah ditutup(UNTUK SEMENTARA!) oleh band-band Indonesia bercitarasa Malaysia seperti ST 12 dan kawan-kawan. jika yang made in USA seperti Lady Gaga dan Kings of Leon saja tidak mendapat tempat di negeri ini, apalagi Bunkface dan Hujan. Kedua karena Indonesia sudah mempunyai band seperti ini. Negeri kita punya The S.I.G.I.T., Naif, White Shoes and The Couples Company, The Upstairs, The Brandals, Seringai, SID, Pee Wee Gaskins, Monkey to Millionaire dan masih banyak lagi band dengan citarasa yang "tidak Indonesia". kita tidak tercengang seperti Malaysia ketika mendengar Hujan dan Bunkface. tidak dapat dipungkiri kalau musik kita jauh lebih maju dari tetangga kita(Objektivitas saya kembali diuji)
yah...itulah kehidupan kawan.....tak sedap rasanya jika tidak bersaing. Indonesia dan Malaysia sepertinya akan tetap menjadi seteru abadi (maksud saya dalam hal musik). Semoga kita bisa hidup tetap berdampingan dengan rukun dan saling menyayangi satu sama lain.
sebagai penutup akan saya sajikan beberapa informasi tentang musik Indonesia dan Malaysia yang mungkin bisa membuat anda-anda tersenyum puas( sepertinya saya sudah tidak objektif lagi)
The Upstairs pertama kali merilis album ketiga Magnet Magnet di Malaysia pada tanggal 15 Maret 2009. Vokalis Jimi "danger" Multhazam mengatakan ini adalah kado untuk Moder Darlings(sebutan untuk penggemar The Upstairs) di Malaysia.
Band Couple dari Malaysia ikut dalam proyek album Mesin Waktu : Teman-Teman Menyanyikan Lagu Naif. Dalam album tribute ini Couple membawakan lagu Naif yang berjudul Takkan Pernah Melupakanmu.
"Jujur, band-band indie di Indonesia seperti Pure Saturday, The S.I.G.I.T., White Shoes and The Couples Company mempengaruhi kami dalam bermusik," (Dimas - keyboardis Hujan)
Tengku Fakhry sang pangeran Klantan yang konon katannya menyiksa si jelita Manohara mengaku suka dengan Peterpan.
kita memang lebih maju, hehehe....
yaelaaa... ujung2nya mmg seng obyektip ee, good one :D
BalasHapusBahkan soal musik pun masih beradu ya haha kerene.
BalasHapus