Rabu, 23 Juni 2010

Mengapa Kita Tidak Bergoyang?















Jika anda mendatangi sebuah festival band atau acara sejenis di kota Ambon, ada satu pemandangan yang sangat aneh. Sebaik apapun penampilan sebuah band di atas panggung, penonton akan tetap diam tanpa kata dan tanpa gerak. setelah band selesai beraksi barulah datang tepuk tangan yang sebagian besar dilakukan dengan setengah hati. Itupun setelah disuruh beberapa kali oleh MC.

saya bukan seorang yang pandai menjelaskan fenomena tingkah laku seperti ini. Tetapi orang bodoh pun akan setuju bahwa tindakan seperti ini sangat tidak menguntungkan. kenapa saya katakan tidak menguntungkan? karena hal ini akan menjatuhkan semangat para pelaku seni di kota ini. Saya juga pernah tampil di panggung dan saya bisa mengerti bagaimana rasanya jika usaha kita tidak diapresiasi penonton. Karena kebiasaan seperti ini, tidak heran jika sangat jarang ada artis yang memulai karirnya dari Ambon dan kemudian go national ke Jakarta. Pemuda-pemudi Ambon hanya berhasil tampil di Jakarta melalui "jalur cepat" seperti Indonesian Idol. Selebihnya hanya ada artis-artis yang dipuja-puja oleh masyarakat lokal karena berdarah Ambon. Bagaimana bisa musisi atau seniman lainnya berkembang jika atmosfir penonton sangat tidak mendukung. Orang lebih suka mencibir kelemahan dibanding memuji kelebihan. Sangat disayangkan untuk kota yang disebut-sebut memiliki bakat seni yang luar biasa.

Beberapa minggu yang lalu saya mencoba mengumpulkan personil dari beberapa band yang saya kenal. Jumlahnya sekita 15 orang. Kami sepakat untuk membentuk komunitas dan membiasakan diri memberi dukungan dengan bergoyang dan bernyanyi (baca berteriak) saat ada band yang tampil. Ide ini muncul setelah kami beraksi saat penampilan Rhyme In Peace alias R.I.P. di festival band Beri Aku Genggamanmu. Kami berhasil merusak keheningan yang aneh dengan teriakan dan goyangan penuh semangat. Saat kami menjadi "gila", banyak penonton yang mengganggap kami aneh. Dengan lirikan mata merendahkan disertai bisikan-bisikan pada kawan di sebelah. 
 Kami dianggap aneh kawan....
kami yang bergoyang ketika ada band memainkan musik metal dianggap aneh, Sementara mereka yang berdiri mematung mengganggap dirinya normal..C'mon! U gonna be F#ckin' kiddin' me!

ide saling mendukung antar band sudah mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Coba saja anda berkunjung ke Rumah Kopi Pangkalan di malam minggu saat acara Live Music. Jangan heran jika anda menemukan "orang-orang gila" yang ikut bernyanyi.

Bergoyang, Moshing, Slam Dance, teriakan, tepuk tangan yang ikhlas atau apapun balasan yang kita berikan sebagai penonton adalah bentuk penghormatan terhadapa performer yang tampil. Sama seperti kita menghormati bendera yang digerek saat upacara. Kita semua punya kerinduan untuk menyaksikan kiprah band dari kota ambon yang sukses di panggung nasional. Untuk mewujudkannya kita bisa memulai dengan meninggalkan sikap "patung" yang menjengkelkan itu.

2 komentar:

  1. curhat yang menarik! :D

    beta seng tau di ternate skrg sama deng di ambon ka seng, tapi dulu jaman beta sma tahun 2000an, beta iko festival band, penonton samua dudu manis. hehe.. payah. :D

    BalasHapus