Sabtu, 01 Mei 2010

Studio Musik 99




Saksi Bisu geliat Musik Ambon


Jika anda bertanya pada penduduk Jalan Baru Ambon apa yang paling terkenal dari tempat mereka tinggal, mungkin sebagian besar orang akan mejawab studio musik 99. Selama lima tahun terakhir, studio ini menjadi tujuan utama bagi mereka yang ingin memainkan musik dalam format band.
Mulai dari pemula hingga yang sudah punya nama. Tanggal 26 maret yang lalu, Hard Papeda mewawancarai Dody Akbar Latuconsina. Pemilik studio 99.
“Awalnya tidak ada niat untuk membuat studio. Saya hanya membeli satu set drum untuk latihan sendiri. Kemudian ada masukan dari teman, dia bilang tidak ada salahnya jika dijadikan usaha”. Kata pria berdarah Ambon Makassar yang juga drummer band General.
Menanggapi usulan dari temannya Dody pun melengkapi studionya dengan gitar dan bass elektrik untuk memenuhi kebutuhan bermain band. Maka jadilah 99 yang mulai buka sejak Maret 2005. Mengenai asal nama 99, Dody mengambil dari permainan kartu kyu-kyu yang populer. “Ditulis 99 tapi dibaca kyu-kyu”. Kata Dody.
Beberapa tahun yang lalu, memang semua orang menyebut studio ini dengan kyu-kyu, tetapi belakangan ini lebih sering disebut dengan sembilan sembilan. Mengenai fenomena sebutan ini dody tak terlalu ambil pusing, yang penting kedua nama itu tetap merujuk pada studio yang sama.
Meskipun sederhana studio ini menjadi tempat penyaluran ide dan kreativitas bermusik kaum muda. Maklum, instrumen untuk bermain band masih merupakan barang yang mahal bagi sebagian besar orang sehingga penyewaan studio musik menjadi jalan keluar satu-satunya. Jika anda berkunjung ke studio ini maka pemandangan anak band yang sedang antri menunggu giliran bermain adalah hal yang lumrah. Mereka duduk berkelompok berdasarkan band masing-masing. Aroma persaingan antar band tidak hanya terjadi saat festival musik, tetap juga terjadi saat mengantri di studio ini. Agak aneh memang, tetapi itulah yang terjadi.
Banyaknya pengunjung di 99 dikarenakan minimnya jumlah studio yang ada di kota Ambon. Padahal sekarang ada banyak sekali band-band yang bermunculan.
“Setiap hari minimal lima band yang main tapi kalau ada event, bisa penuh dari pagi sampai malam.” Dody menjelaskan. Merintis sebuah usaha bukanlah perkara mudah. Didasari kecintaannya pada musik, Dody telah berhasil menjalankan bisnis penyewaan studio ini selama lima tahun. Dody juga dibantu oleh istrinya Ika dan seorang pemuda bernama Andreas dalam mengurusi 99. “Karena ini sudah jadi usahah maka saya membuka peluang kerja bagi orang lain, Andreas itu orang keempat yang membantu saya.”

Dody mengaku bangga karena bisa membuka usaha yang dapat memfasilitasi kreatifitas bermusik bagi banyak orang.
Selain studio musik, Dody juga menjalankan sebuah event organizer(EO) bernama Rumah Kreatif 99. EO ini pernah menggelar event The Power Of Putih Abu-Abu beberapa tahun lalu. Studio ini tidak hanya menjadi tempat latihan tapi juga sebagai tempat nongkrong para personil band. “Bahkan ada band dari Masohi yang pernah tidur di studio ini.” Dody menceritakan pengalamannya.
“Semakin banyak studio semakin bagus. Karena saya lihat semakin banyak anak muda yang ingin bemain musik. Sekarang anak SMP dan SMA saja gengsi kalau dibilang tidak punya band.” kata Dody.

Di luar fungsinya sebagai lahan usaha, studio musik 99 telah menjadi “penolong” bagi anak band di kota Ambon. Studio ini berhasil memfasilitasi semangat bermusik kaum muda selama beberapa tahun terakhir. Dengan adanya fasilitas bermusik yang memadai maka energi kaum muda dapat tersalurkan untuk kegiatan bermusik yang positif. Tidak terbuang sia-sia atau bahkan terpakai untuk tindakan negatif.

0 comments:

Posting Komentar