Saya selalu mendengar nama R.I.P.disebut saat membicarakan mengenai band-band muda di Ambon. Mereka dikenal sering membawakan lagu-lagu keras, terutama milik Avenged Sevenfold. Saya pun memutuskan untuk mengorek informasi mengenai band ini.
Saat bertemu di studio 99, para personilnya sedang duduk di lantai depan studio. Walaupun mereka bermain musik keras, tampang mereka tidaklah keras. Para personilnya bisa dikatakan berwajah imut, terutama sang drummer Caesar Alief. Maklum, sebagian besar lahir pada tahun 1993. Tapi usia bukanlah patokan dalam menilai sebuah band. Usia muda justru identik dengan semangat yang menggebu-gebu. Beberapa kali tampil di panggung, R.I.P. konsisten membawakan musik keras. Mereka mengaku terpengaruh oleh band-band seperti Green Day, Muse, Superman Is Dead dan tentu saja Avenged Sevenfold.
“Kami merasa lebih hidup di panggung jika membawakan lagu-lagu keras. Kami mati gaya kalau bawa lagu slow.” kata salah satu personilnya dengan nada sedikit bercanda.
R.I.P. adalah singkatan dari Rhyme In Peace atau bersenandung dalam damai. Sudah jelas mereka ingin membawa pesan perdamaian dengan musik mereka. Formasi band ini adalah Wawi Saimima (Vocal), Hendy Patty (Gitar), Fahmi Rumra (Bass), David Satrio (Keyboard) dan Caesar Alief (Drum).
“Kami ingin merubah pandangan orang. Kami ingin menunjukkan bahwa musik keras juga bisa membawa damai.” kata Hendy.
R.I.P terbentuk pada tanggal 8 Agustus 2008. Tanggal 8, bulan 8, tahun 2008 merupakan kombinasi yang unik. Mengingatkan kita pada Superglad yang berdiri pada 3 Maret 2003. Semua personil R.I.P. masih duduk di bangku SMA. Semakin menguatkan pendapat bahwa musik telah mewabah di kalangan muda. R.I.P. tampil beberapa kali dalam beberapa festival band yang dilangsungkan di Ambon.
Anak-anak muda ini juga mencoba menguji kemampuan mereka dengan mengikuti ajang Indomie Jinggle Dare.
Berbicara mengenai rencana di tahun-tahun mendatang, mereka mengatakan akan terus konsisten pada aliran yang telah mereka mainkan. Mereka masih muda dan orang muda identik dengan impian besar. Lantas saya bertanya pada mereka tentang impian terbesar mereka, dengan spontan salah seorang personil menjawab “Kami ingin bermain satu panggung dengan idola kami” jawaban ini langsung mengundang tawa personil lainnya. “Kami ingin menjadi band besar di kota Ambon. Kami ingin menunjukkan pada masyarakat luas kalau Ambon juga bisa punya band dan bukan hanya solois” Hendy menjelaskan impian mereka.
Entah kenapa perbandingan antara band dan solios selalu muncul pada semua artikel dan tulisan yang saya baca tentang dunia musik Ambon. Seperti ada semangat yang sama dari band-band Ambon untuk bisa berdiri sejajar dengan solois berdarah Maluku seperti Glenn Fredly. Jika R.I.P terus berusaha dan tak berhenti berkreasi, bisa saja mereka menjadi band besar seperti impian mereka.
0 comments:
Posting Komentar